Istilah campursari dalam dunia musik nasional Indonesia mengacu pada campuran (crossover) beberapa genre musik kontemporer Indonesia. Nama campursari diambil dari bahasa Jawa yang sebenarnya bersifat umum. Musik campursari di wilayah Jawa bagian tengah hingga timur khususnya terkait dengan modifikasi alat-alat musik gamelan sehingga dapat dikombinasi dengan instrumen musik barat, atau sebaliknya. Dalam kenyataannya, instrumen-instrumen ‘asing’ ini ‘tunduk’ pada pakem musik yang disukai masyarakat setempat: langgam Jawa dan gending.
Campursari pertama kali dipopulerkan oleh Manthous dengan memasukkan keyboard ke dalam orkestrasi gamelan pada sekitar akhir dekade 1980-an melalui kelompok gamelan “Maju Lancar”. Kemudian secara pesat masuk unsur-unsur baru seperti langgam Jawa (keroncong) serta akhirnya dangdut. Pada dekade 2000-an telah dikenal bentuk-bentuk campursari yang merupakan campuran gamelan dan keroncong (misalnya Kena Goda dari Nurhana), campuran gamelan dan dangdut, serta campuran keroncong dan dangdut (congdut, populer dari lagu-lagu Didi Kempot). Meskipun perkembangan campursari banyak dikritik oleh para pendukung kemurnian aliran-aliran musik ini, semua pihak sepakat bahwa campursari merevitalisasi musik-musik tradisional di wilayah tanah Jawa.
Campursari 90 Jam Nonstop Meriahkan HUT Gunungkidul
Ada yang spesial bagi para seniman Gunungkidul dalam menyambut perayaan HUT Kabupaten Gunungkidul yang ke-185 pada 27 mei 2016 mendatang. Mereka merencanakan akan membuat mega konser campur sari di Alun-Alun Wonosari. Dibilang mega konser lantaran pentas kesenian yang digelar di Alun-Alun Wonosari tersebut berlangsung selama 90 jam non stop dan melibatkan puluhan seniman di Gunungkidul. Konser sekaligus juga dipersembahkan untuk mengenang maestro campur sari Gunungkidul, mendiang Manthous.
Pada tahun 1993, Manthous mendirikan Grup Musik Campursari Maju Lancar Gunung Kidul. Garapannya menampilkan kekhasan campursari dengan langgam-langgam Jawa yang sudah ada. Ada warna rock, reggae, gambang kromong, dan lainnya. Ada juga tembang Jawa murni seperti Kutut Manggung, atau Bowo Asmorondono, dengan gamelan yang diwarnai keyboard dan gitar bas. Bersama grup musik yang berdiri tahun 1993 dan beranggotakan saudara atau rekan sedaerah di Playen, Gunungkidul, Yogyakarta itu, Manthous menyelesaikan sejumlah volume rekaman di Semarang. Omzet penjualan mencapai 50.000 kaset setiap volume, tertinggi dibanding kaset langgam atau keroncong umumnya pada tahun-tahun pertengahan 1990-an.
Dalam rangka mengenang maestro campursari asal Gunungkidul, Manthous, akan digelar pentas campursari 90 jam nonstop di Alun-alun Wonosari mulai 21 hingga 25 Mei 2016 mendatang. Pentas campursari ini sekaligus untuk memecahkan rekor Muri sekaligus memperingati hari jadi Gunungkidul.
Bakal Raih Rekor MURI Mega Konser Campursari Sedot Perhatian
Pagelaran campursari nonstop ini akan melibatkan sekitar 35 group campursari, diantaranya 20 grup dari Gunungkidul, sisanya dari luar daerah seperti Klaten, Wonogiri, Bantul, Yogyakarta bahkan ada yang dari Solo. Dalam pagelaran 4 hari lima malam berturut-turut tersebut, setiap grup mendapatkan kuota waktu selama 3 jam untuk menampilkan lagu-lagu campursari klasik, bebas. Peralatan baik alat musik, panggung dan sound sistem sudah disediakan oleh panitia terkecuali jika akan menambah alat musik seperti keyboard dipersilahkan.
Meski bertajuk event lokal dalam memeriahkan peringatan HUT Gunungkidul yang ke-185, namun mega konser ini nantinya akan di catat sebagai rekor MURI untuk konser terpanjang. Sebanyak 45 grup campursari akan ikut ambil bagian dalam acara tersebut. Dana sebesar Rp 280 juta telah dipersiapkan untuk operasional saja. Dana tersebut di peroleh dari berbagai donatur dan sponsor, sebab tidak ada anggaran dari APBD ujar Kepala Dinas Kepariwisataan dan Kebudayaan Gunungkidul.
Tidak hanya demi mengejar rekor MURI semata. Akan tetapi, lebih kepada mengenang legenda Campursari, Manthous. Maestro Manthous merupakan cikal bakal Campursari Gunungkidul. Kita gelar event ini untuk mengingat ke belakang. Yuniarto, adik kandung Manthous yang juga akan ikut tampil esok hari, mengungkapkan kebahagiaannya. Dia mewakili pihak keluarga mengucapkan terima kasih dengan digelarnya acara tersebut, keluarga merasa masih sangat diperhatikan pemerintah.
Artikel terkait Saksikan Campursari 90 Jam Non-Stop di Alun- Alun Gunungkidul yang Bakal Raih Rekor MURI
loading…